
PULIH BERSAMA, MENUJU HIDUP BERKELANJUTAN
Sedikit demi sedikit trauma pandemi
mulai menyusut. Contoh kecil di kota
saya. Ceritanya, selama seminggu, di waktu yang berbeda, saya menghampiri dua
orang kawan yang sedang pelesir bersama keluarga dan kawan se-pekerjaannnya ke
Banyuwangi. Dua orang dari kota berbeda mengunjungi kota saya untuk bertamasya.
Mereka terlihat gembira dan hampir memiliki satu komentar tentang perjalanan
ini. “lama tidak healing, alhamdulillah sekarang bisa,” adalah ungkapan yang
beberapa kali saya dengar ketika kita berbincang-bincang.
Saya teruskan sedikit cerita saya.
Kawan dan koleganya saya temui di fish market, sebuah pusat belanja ikan segar
yang didesain secara terpadu di kota saya. Di tempat tersebut, pembeli dapat
memilih dan membeli ikan berbagai jenis, meminta proses pembersihannya,
memasakkannya, dan menikmati berbagai menu olahan ikan tersebut. Pelayanan
terpadu tersebut dapat dinikmati sambil menikmati alunan lagu dari kelompok
pemusik lokal. Salah satu pengelola fish market yang kebetulan saya kenal
membisikkan sesuatu dengan penuh semangat. Ini tamu dalam jumlah paling banyak
pertama selama fish market ini berdiri, katanya. Pasar ikan konsep baru
ini memang baru didirikan di awal masa pandemi.
Pandemi kurang lebih dua tahun
nyaris melumpuhkan semua lini kehidupan. Tahun 2022 semua lini itu seolah
merangkak bersama. Memang, kondisi terburuk yang terjadi di berbagai tempat tidak
sama . Ada yang dapat kembali berbenah dengan mudah. Ada yang dapat kembali
mengelola keadaan meskipun payah. Ada yang masih kebingungan karena pandemi
telah membuatnya kehilangan semua penghasilan dan sampai sekarang belum menemukan
cara mendapatkannya lagi.
Setelah pandemi, sektor ekonomi
harus mendapatkan porsi tinggi untuk dibenahi. Bulan Februari 2022, telah
diadakan sebuah stadium general yang diadakan di Bandung dan menghadirkan pakar
ekonomi Teguh Hartanto. SG tersebut membahas permasalahan ekonomi pascapandemi
Covid-19. Para peserta telah disodori pertanyaan, yang sebenarnya merupakan
pertanyaan bersama, bagaimana cara mengembalikan kondisi ekonomi kita? Perlu
kita mengingat bahwa sebelum pandemi Indonesia masih belum selesai dengan
persoalan ekonomi. Dalam lingkup Asean, produktivitas pekerja Indonesia dikenal
masih rendah. Di samping itu, Indonesia rendah pula dalam hal kepastian hukum.
Adapun kebutuhan modal untuk produksi di Indonesia lebih tinggi dibandingkan
dengan negara lain.
Pandemi sudah menjadi kenyataan
sebagai disruptor perekonomian Indonesia. Tahun 2020 ekonomi Inddonesia dicatat
mengalami pertumbuhan negatif dan mulai ada tanda-tanda pulih tahun 2021. Dana
untuk usaha-usaha perbaikan ekonomi sejak awal pandemi berangsur-angsur turun,
Lancarnya program vaksinasi dan PPKM menemani usaaha pemulihan ekonomi
nasional, ditambah ada keberuntungan berupa naiknya komoditas gas dan batubara.
Langkah selanjutnya setelah kita survive secara ekonomi pascapandemi dan
menggalakkan bantuan sosial untuk masyarakat, harapan kita selanjutnya adalah
pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Angan-angan pada masa mendatang keadaan
ekonomi kita melaju secara berkelanjutan dalam wujud perekonomian yang hijau,
digital, inklusif dan stabil.
Usaha pemulihan ekonomi nasional
berimbas pula pada usaha yang sama pada lingkup daerah. Di Banyuwangi,
misalnya. Kota yang giat membangun dan menguatkan ekonomi daerah melalui
gebrakan pariwisata dan pengembangan kearifan lokal kurang lebih delapan tahun
ini juga sudah mulai menggeliat kembali. Suatu kali Bupati Banyuwangi periode
sebelum ini pernah mengatakan salah satu tanda mengeliatnya ekonomi daerah ini
adalah ketika hunian, hotel, dan homestay penuh, tempat pariwisata ramai,
pelaku usaha semarak, dan rakyat merasakan perbaikan dan pembangunan sarana
publik secara signifikan.
Ungkapan kawan di fish market
juga menjadi sedikit sinyal menggeliatnya ekonomi masyarakat pascapandemi.
Pengusaha pariwisata mulai mendapatkan order kembali. Dalam sebuah tour, mereka
menggandeng banyak pihak, seperti hotel, rumah makan, tempat wisata, jasa
outbond, toko suvenir dan oleh-oleh, pemain musik, dan lainnya. Dari sanalah
pergerakan salah satu ladang penghidupan yang akan berimbas pada pergerakan
kehidupan ekonomi masyarakat.
Ada benarnya juga banner berisi
slogan yang saya baca di pinggir jalan. Tangani pandemi, benahi ekonomi, rajut
harmoni. Slogan itu mengandung sugesti. Disrupsi pandemi sudah melemahkan
mental dan kejiwaan kita. Karena itu kita memerlukan support system agar
pulih bersama-sama. Kita masih punya mimpi untuk melanjutkan kehidupan. Tentang
kehidupan ekonomi masyarakat berkelanjutan yang hijau, digital, inklusif, dan
stabil adalah kerja keras berikutnya.
Ekonomi hijau akan kita raih dengan
keberlangsungan kehidupan ekonomi yang berkembang pesat tetapi tetap
memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan. Ekonomi berbasis digital sudah
menjadi nyawa. Ekonomi inklusif menjadi sumbu bagi kesamarataan dan
berkeadilan. Tahap yang juga tak kalah penting adalah kestabilan roda
perekonomian di tengah masyarakat. Semua pilar ekonomi berkelanjutan ini harus
dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan. Jadi ingat slogan lain yang
pernah saya baca di pada suatu masa, bersama kita bisa.
Penulis
Nurul
Ludfia Rochmah
Guru
MAN 1 Banyuwangi