Halal Bi Halal Keluarga Besar MAN 1 Banyuwangi Pererat Silaturrahmi
Halal bihalal menjadi salah satu kebiasaan masyarakat Indonesia pada momen Idulfitri. Secara istilah kata halal berasal dari bahasa Arab yaitu halla, yang memiliki tiga makna yakni halal al-habi (benang kusut terurai kembali), halla al-maa (air keruh diendapkan), dan halla as-syai (halal sesuatu).
Dari ketiga makna tersebut dapat ditarik kesimpulan makna halal bi halal adalah kekusutan, kekeruhan atau kesalahan yang selama ini dapat dihalalkan kembali. Artinya, semua kesalahan melebur, hilang, dan kembali sedia kala.
Acara Halal bi Halal, dilangsungkan pada Selasa, (8/3) di Aula MAN 1 Banyuwangi. Kegiatan dimeriahkan oleh penampilan grup hadrah Al Murtasyidin dan penampilan solo vokal Yoana, siswa Kelas XI MAN 1 Banyuwangi. Kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan Ayat Suci Alquran oleh Ustad Farid. Sambutan oleh Bapak Kepala MAN 1 Banyuwangi, Abd Hadi Suwito. Melalui sambutannya, Abd Hadi Suwito menyampaikan terima kasih dan permohonan maaf juga—Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, kullu 'amin wa antum bikhair—. Beliau berharap halal bi halal menjadi momen mempererat tali silaturrahmi.
Pada acara inti, Ustad Mursyid dari Kalipuro menyampaikan mauidhoh hasanah bahwa tahun 1948 Presiden Soekarno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara dalam rangka silaturahim yang diberi tema “Halal bi halal.” Para tokoh politik itu duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan satu sama lain. Maka sejak saat itu berbagai instansi pemerintahan mengikuti menyelenggarakan halal bi halal.
Ustad Mursyid berpesan sebagai bekal selama 11 bulan ke depan:
1. Tebarkan Salam. Salam adalah doa, sudah teratur dalam Al-Quran. Salam (Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh) memiliki makna "Semoga keselamatan, kasih sayang, dan keberkahan tercurah kepada kalian". Menurut Ustad Mursyid hal itu memberi pesan sekaligus doa kedamaian untuk sesama manusia. Orang yang salam hukumnya sunnah, dan yang menjawab hukumnya wajib.
2. Berbagi Makanan. Jangan takut miskin, muliakanlah tamu.
3. Baik pada tetangga. Berbaik-baik dengan tetangga menjadi salah satu sebab dari hadirnya kebahagiaan di dunia, karena tetangga yang shalih akan membuat hidup ini lapang dan nyaman.
4. Qiyamul Lail.
