
Halal Bihalal dalam Rangka Silaturahmi Mempererat Keharmonisan Keluarga Besar Man 1 Banyuwangi
Humas Mansawangi - Momen Hari Raya Idul Fitri pasti tidak asing dengan istilah
halal bihalal. Istilah ini merujuk pada tradisi pasca-Ramadan di mana
masyarakat berkumpul untuk saling meminta maaf dan mempererat silaturahmi,
khususnya selama Idul Fitri. Dari segi bahasa, kata halal diambil dari halla
atau halala yang memiliki makna sesuai rangkaian kalimatnya. Hal ini
dapat berarti melepaskan ikatan yang membelenggu atau meluruskan benang kusut
(masalah). Halal bihalal tidak hanya menjadi wujud dari silaturahmi tetapi juga
sebagai sarana untuk bersyukur kepada Allah SWT setelah sebulan penuh berpuasa.
Memanfaatkan
momen lebaran yang masih terasa, MAN 1
Banyuwangi menggelar halal bihalal pada
Sabtu (20/04/24) pasca libur nasional dan cuti bersama Idul fitri 1445 Hijriyah. Dihadiri Kepala MAN
1 Banyuwangi, Kepala TU MAN Banyuwangi, ketua sekaligus pengurus komite MAN 1 Banyuwangi
serta tenaga pendidik dan kependidikan MAN 1 Banyuwangi beserta keluarga besar
masing-masing membuat momen halal bihalal lebih bermakna.
Pra
acara halal bihalal keluarga besar MAN 1 Banyuwangi dihiasi penampilan pembuka dari
grup hadrah Al Murtasyidin dan beberapa penampilan vokal dari siswi MAN 1 Banyuwangi.
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Achmad Rizki Maulana dan
dilanjutkan dengan sambutan dari kepala MAN 1 Banyuwangi, Abd. Hadi Suwito. “Alhamdulillah
kita bertemu kembali, masih dalam suasana Idul fitri, saya pribadi mohon maaf
lahir dan batin jika ada hal yang kurang berkenan selama ini", ucap Hadi
Suwito dalam sambutannya. Hadi Suwito juga menjabarkan tujuan dari halal
bihalal yang mengundang menghadirkan pasangan masing-masing, selain dijadikan
sebagai momen untuk bermaaf-maafan juga untuk menyambung tali silaturahmi dan
saling mengenal antarkeluarga besar MAN 1 Banyuwangi.
Acara
dilanjutkan dengan tausiah yang disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al
Anwari, KH. Achmad Siddiq. Dalam tausiahnya, KH. Achmad Siddiq menyampaikan
bahwa sesungguhnya Raja Iblis berteriak-teriak marah ketika hari raya
Idul-Fitri, hingga suaranya memenuhi seantero langit dan bumi. Hal ini
dikarenakan Allah SWT telah mengampuni umat Islam pada hari Idul Fitri. Maka Raja
Iblis menugaskan pada seluruh pengikutnya untuk membuat umat Muhammad lalai
kembali dengan menggoda umat dengan kenikmatan dunia sehingga Allah murka. “Oleh
karena itu dalam merayakan hari kemenangan Idul Fitri umat Islam tetap mawas
diri dan menjauhi sifat-sifat yang menurutkan kehendak nafsu iblis, salah
satunya dengan mempererat tali silaturrahmi dan saling memaafkan”, pesan KH.
Achmad Siddiq mengakhiri tausiahnya.
Acara
terakhir adalah mahalul qiyam yang diiringi grup hadrah Al Murtasyidin, ditutup
dengan doa dan halal bihalal saling bersalaman dan bermaaf-maafan yang
diikuti oleh seluruh keluarga besar MAN 1
Banyuwangi. (Bim/Tra)