
INTEGRASI MATERI AJAR BERBASIS LITERASI VS INTEGRASI BANGSA
Pandemi dua tahun ini masih
menjadi sebuah titik balik untuk melakukan perbaikan di berbagai lini kehidupan,
tidak terkecuali bidang pendidikan, lebih khusus lagi Pendidikan dilingkungan madrasah.
Pengkhususan ini bukan tanpa sebab. Penulis berada dilingkungan ini dan mencoba
bergerak agar menjadi bagian dalam perbaikan serta perubahan. Apalagi tahun ini
ketentuan untuk menggunakan kurikulum terbaru sudah menghampiri madrasah-madrasah
diIndonesia. Civitas akademika di madrasah harus bergerak cepat bahkan harus berlari-lari
mengikuti dinamika perubahan yang melesat ini.
Dua tahun ini Kementerian agama melakukan
kegiatan besar dengan tujuan perbaikan kegiatan pendidikan. Melalui Asesmen Kompetensi
Madrasah Indonesia, pengelola Pendidikan di madrasah diharapkan mengetahui potensi
yang dimiliki para peserta didiknya. Hasil asesmen tahun 2021 menunjukkan bahwa
siswa-siswi madrasah tingkat MI memiliki tingkat kemahiran perlu pembimbingan dan
tingkat dasar. Hasil ini bukan rapor akhir dan bukan pula ajang pengklasifikasian
madrasah. Hasil ini merupakan bank data atau data diagnostic yang akan dijadikan
tolak ukur bagi para guru, kepala madrasah, walimurid untuk bahu membahu meningkatkan
kompetensi yang dimiliki para siswa. Hasil asesmen ini digunakan sebagai dasar
untuk memperbaiki cara mengajar, strategi dan inovasi pembelajaran yang perlu dilakukan
oleh para guru madrasah.
Ada empat kompetensi diagnostic yang
ingin dicapai dalam program asesmen madrasah ini, yakni kompetensi dalam halliterasi
membaca, literasi numerasi, literasi sains, dan literasi sosial budaya. Sesuai karakteristiknya
masing-masing literasi bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam
memahami konsep ilmu pengetahuan. Setelah itu diharapkan mereka mampu
menggunakannya untuk memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi ini dapat dicapai secarasi multan dan terintegrasi pada setiap mata pelajaran.
Proses pembelajaran berbasis literasi
didalam kelas merupakan jawaban dalam meningkatkan kemampuan literasi siswa. Kemampuan
literasi siswa disesuaikan dengan keadaan masing-masing siswa, kemampuannya
menuntaskan capaian kompetensi tertentu, dan kemampuannya menerapkan konsep dalam
banyak konteks belajar. Pembelajaran ini menurut saya memiliki spirit dan prinsip-prinsip
pembelajaran seperti yang diharapkan kurikurlum terbaru, kurikulum merdeka. Salah
satu prinsip dasar dalam kurikulum terbaru ini adalah mengubah orientasi pembelajaran
menjadi berbasis kompetensi, kontekstual, dan berorientasi pada siswa. Inti pembelajaran
berbasis kompetensi adalah mengajar bukan menuntaskan konten tetapi menguasai kompetensi.
Pembelajaran kontekstual intinya mengajar bukan untuk menguasai teks tetapi memberdayakan
konteks. Pembelajaran berorientasi murid artinya bukan mengajar pelajaran
tetapi mengajar siswa sesuai kesiapan, kebutuhan, dan kemampuannya.
Selanjutnya kegiatan proses belajar
berbasis literasi ini dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam banyak mata pelajaran.
Integrasi secara Bahasa merupakan upaya menyatukan beberapa komponen atau
bagian menjadi satu kesatuan berdasarkan tujuan yang diinginkan. Integrasi literasi
pada lebih dari satu maple sangat memungkinkan dilakukan oleh guru. Kurikulum
terbaru juga mendukung proses penyatuan ini dari berbagai segi, misalnya integrasi
dalam haltema, proses, ataupun produk/karya. Integrasi tema memungkinkan siswa mempelajari
satu hal secara lebih dalam dan memanfaatkannya untuk memenuhi capaian satu atau
lebih mapel. Guru dapat bersinergi untuk mendapatkan poin kecakapan para siswa.
Guru juga akan mendapatkan second opinion berkaitan dengan kemampuan
siswa-siswanya dari kegiatan brain storming yang dilakukan oleh para guru yang menggunakan
tema yang sama.
Dua tahun ini madrasah gencar mengembangkan
peningkatan kecakapan literasi berbasis data diagnostic yang disusun dalam
kegiatan asesmen kompetensi madrasah Indonesia. Hasil asesmen tersebut akan dijadikan
data awal kecakapan literasi para Siswa madrasah. Asesmen yang dikembangkan meliputi
lterasi membaca, literasi numerasi, literasisains, literasisosial budaya, dan survey
karakter. Integrasiliterasi dapat dilakukan pada minimal dua literasi. Literasi
membaca dapat diintegrasikan dengan literasi sosial budaya dan/atau
sains.Literasimem baca juga dapat diintegrasikan dengan literasi numerasi. Terhadap
dua atau lebih kegiatan integrasi literasi tersebut kemampuan kolaborasi para guru
madrasah ditantang. Kolaborasi antar guru menjadi contoh nyata pada para siswa bahwa
kecakapan berkolaborasi seperti yang terdapat dalam salah satus intak proses pembelajaran
dapat mereka saksikan dari kegiatan para guru mereka.
Tidak ada contoh yang lebih
mengesankan selain contoh tersebut telah diujicobakan. Pada mapel-mapel yang ada
di jurusan Bahasa kelas xi, para gurunya bersemangat untuk berkolaborasi untuk menyajikan
materi-materi yang bertema sama. Saat ini kami mengambil tema kemaritiman. Tema
tersebut dipilih karena Banyuwangi dekat dengan pantai. Guru Bahasa Indonesia menjadikan
tema tersebut sebagai bahan membuat teks opini. Guru Antropologi menjadikan tema
kemaritiman dengan focus pada penelitian budaya berbasis kehidupan nelayan
Banyuwangi. Guru Biologi menjadikan tema tersebut sebagai objek penelitian biota
pantai Banyuwangi. Guru seni menjadikan tema pantai dan nelayan dalam naskah teater
para siswanya.
Integrasi dalam pembelajaran
berbasis literasi adalah contoh kecil dalam mewujudkan integrasi dalam lingkup
yang lebih besar atau lingkup kebangsaan. Integrasi bangsa menjadi pondasi dalam
menyelesaikan semua persoalan bangsa dari yang kecil hingga besar. Bayangkan jika
kita berkubang dalam keadaan disintegrasi, bangsa yang tenggelam akan tersemat pada
kita, Indonesia, cepat atau perlahan. Semangat tujuh puluh tujuh menjadi pelecut
integrasi berbagai lini. Integrasi semua kekuatan bangsa dalam upaya menuju pulih
lebih cepat, bangkit lebih kuat. (ludfi)